BLOG TIRUAN | Part 2 - Cerita Dewasa Tukar Pasangan Di Kos. Kami berdua terdiam cukup lama di dalam mobil ini. Aku mencoba membuka percakapan dan saat itulah kami bertatapan muka. Pandangan kami beradu cukup lama. Entah apa yang mempengaruhiku, aku mulai berani mendekatkan wajahku kepadanya. Sesaat kemudian bibir kami saling bersentuhan. Setan apa yang mendorongku aku sendiri juga tidak tahu. Yang jelas selang beberapa detik saja kami sudah saling melumat bibir satu sama lain. Mobil itu menjadi saksi betapa panasnya ciuman kami berdua, diluar dugaan Mbak Fitri sangat mahir dalam berciuman. Dia juga tidak sungkan ketika aku menggunakan lidahku dalam berciuman.
Remasan-remasan tanganku sepertinya sudah berhasil membangkitkan gairah terpendam milik Mbak Fitri. Dia semakin liar saja. Bahkan tangannya sudah berani mengusup kedalam celana panjangku dan hanya butuh waktu beberapa detik saja sebelum akhirnya dia berhasil menemukan batang penisku yang memang bukan hanya sudah tegang tetapi sudah basah. Mbak Fitri tersenyum begitu tahu kalau aku juga terangsang berat. Lalu dia merebahkan kursinya dan mencopot bra yang dia pakai sehingga aku bisa dengan leluasa menikmati pemandangan indah tersebut.
Buah dada Mbak Fitri memang benar-benar besar. Sesuai dengan dugaanku yaitu F-Cup. Aku tak sabar ingin meremas dan menciumi payudara indah tersebut beserta puting susunya yang sudah tegang menantang itu. Sesekali tubuh Mbak Fitri membusung tiap kali aku menghisap puting susunya yang mancung itu.
Tanganku meraba vagina wanita cantik ini dan ternyata celana dalamnya sudah basah sekali. Tanpa pikir panjang segera ku singkap rok mininya itu sehingga tersingkap keatas lalu kutarik celana dalamnya hingga lepas. Sekarang bukan cuma payudara Mbak Fitri yang terlihat jelas tetapi juga vaginanya dapat jelas kulihat.
Perempuan ini masih sedikit malu-malu ketika aku berhasil melucuti celana dalamnya. Sebelah tangannya berusaha untuk menutupi vaginanya yang tercukup rapi itu. Namun aku tak ambil pusing, jemariku segera bekerja disana. Jari telunjuk dan jari kelingkingku membuka bibir vagina Mbak Fitri yang sudah basah itu sementara jaru tengan dan jari manisku kuarahkan kedalam vaginanya. Dengan gerakan menusuk-nusuk membuat mbak Fitri semakin kalang kabut dibuatnya. Desahan demi desahan tak terhindarkan lagi keluar dari mulutnya.
“Akhh..Mas..jangan disitu…akhhh…” desahnya lagi saat jemariku berkarya di liang kewanitaannya. Cairan pelumas segera kembali meluber membasahi bibir vagina wanita cantik ini. Memang soal permainan jari aku sudah ahli. Istriku saja sampai kubuat orgasme dengan jari saja.
Klitorisnya mulai menegang dan tanda dia akan orgasme semakin dekat saja. Beberapa menit kemudian berkat permainan jemariku di vaginanya ditambah dengan cumbuan tangan dan bibir beserta lidahku di sepasang payudaranya, Mbak Fitri mencapai klimaksnya. Dia mendesah cukup keras sambil menahan jeritan nikmat. Bibir bawahnya dia gigit sendiri menahan sensasi kenikmatan yang meluap dari dalam dirinya. Tubuhnya mengejang sesaat lalu setengah menit kemudian dia lemas.
Peluh membasahi tubuh seksi dan montok wanita ini. Mbak Fitri akhirnya mencapai klimaksnya hanya dengan petting saja. Aku tersenyum melihatnya terduduk lemas di bangku mobilku yang sudah disandarkan.
“Mbak Fitri benar-benar hebat. Mas Susno beruntung punya istri secantik dan seseksi mbak Fitri.” Pujiku. “Aku sebenarnya sudah lama suka dengan mbak Fitri hanya saja selalu kutahan, sekarang aku sudah puas bisa bermesraan dengan wanita secantik mbak ini.” Pujiku lagi.
Wajah mbak Fitri memerah entah karena pergumulan tadi atau karena menahan malu karena sudah menyerahnya separuh dirinya padaku padahal dia punya seorang suami yang menunggunya dirumah.
“Mas Ridwan ini memujinya kok tinggi banget sih? Ntar aku jadi ke ge-er-an lho. Lagian mas Ridwan khan juga punya istri cantik. Pasti mbak Nia juga setiap malam merasakan keahlian tangan mas Ridwan ini, beruntungnya mbak Nia ya…” ujar Mbak Fitri. Aku tersanjung dibuatnya karena dia mengakui kehebatan jemariku ini. Belum sempat aku bicara tiba-tiba tangan Mbak Fitri menyentuh penisku lalu dengan cekatan dia mengocoknya perlahan.
Batang kejantananku yang sebelumnya sudah setengah tiang sekarang kembali perkasa hanya dengan sedikit sentuhan dan rangsangan dari Mbak Fitri. Lalu tanpa kuduga Mbak Fitri mengarahkan bibirnya ke ujung penisku dan menciumnya perlahan lalu lidahnya bermain di ujung penisku itu dan pada akhirnya seluruh batang kemaluanku itu dilumatnya masuk kedalam mulut wanita cantik ini.
Rasanya bagaikan di awang-awang. Disertai dengan rangsangan tangannya pada buah zakarku, mulut Mbak Fitri maju mundur seolah mengocok penisku sembari dari dalam, lidahnya tak henti-hentinya melumat batang kemaluanku ini.
“Mbak Fitri…akhhh…” desahku menahan rasa nikmat. Tak butuh waktu lama sampai akhirnya aku merasa akan mencapai klimaks. Lalu Mbak Fitri mencabut penisku dari mulutnya begitu dia tahu kalau aku sudah nyari ejakulasi. Aku lalu mengarahkan penisku ke belahan payudaranya. Mbak Fitri lalu menggunakan himpitan sepasang payudaranya untuk mengocok batang penisku ini.
“Keluarin aja semua mas. Aku pengen mas Ridwan juga merasakan nikmat seperti yang aku rasakan tadi.” Kata Mbak Fitri sambil sesekali menjilati ujung kemaluanku.
“Akhh..mbak…aku keluar…akhhh…” racauku sambil kedua tanganku menekan pundak Mbak Fitri. Batang kemaluanku berdenyut sangat cepat lalu cairan putih kental menyembur membasahi sepasang buah dada wanita cantik ini bahkan beberapa sempat menyemprot kearah wajah Mbak Fitri.
“Maaf mbak. Tadi nggak sempet aku kontrol. Wajah mbak jadi kotor deh.” Kataku meminta maaf.
Mbak Fitri hanya tersenyum sambil membersihkan wajahnya dengan tissue sementara aku membantu membersihkan payudaranya dengan tissue juga. “Nggak apa-apa kok. Kalau mas Susno sering nakal sih menyemprotkan didalam mulut tanpa bilang-bilang padahal saya nggak suka dengan rasanya, jadi pengen muntah mas.” Sahutnya pelan.
“Mungkin karena belum biasa aja kali mbak.” Kataku. Padahal istriku sendiri juga tidak pernah mau menelan spermaku. Dia selalu marah-marah ketika aku tanpa sengaja atau sengaja menyemprotkan cairan maniku kedalam mulutnya ketika melakukan oral seks. Akibatnya dia sering kali menolak melakukan oral seks tersebut.
Jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam. Kami lalu merapikan diri dan bergegas pulang. Sepanjang perjalanan aku tak henti-hentinya meraba-raba payudara Mbak Fitri yang sudah terbungkus oleh bra itu. Wanita cantik itu hanya tersenyum melihat ulahku. Dia sempat membalas dengan meraba dan mengocok kembali penisku namun karena aku nyaris kehilangan kendali atas setir mobilku maka niatan itu dia hentikan.
Sesampainya dirumah, Mbak Fitri langsung masuk kamarnya sementara aku sudah ditunggu istriku. “Mas, kok baru pulang? Macet ya?” tanya istriku, aku hanya mengiyakan saja. Seandainya dia tahu kalau aku habis petting habis-habisan dengan Mbak Fitri entah apa yang akan dia lakukan. Malam itu istriku tumben tidak meminta jatah malamnya. Tapi bagiku tidak masalah karena aku sudah mendapatkan dari Mbak Fitri walaupun hanya sebatas blow job saja.
Dua hari kemudian, tepat akhir pekan, pekerjaanku sepertinya sudah selesai semua dan aku mempunyai waktu luang cukup banyak. Semua laporan dan pembukuan sudah ditangani dan sejak jam 12 siang aku sudah bebas dari pekerjaan. Sebenarnya aku bisa saja pulang namun aku iseng ingin kembali mengulang kebersamaanku dengan mbak Fitri tempo hari.
Iseng-iseng aku telepon Mbak Fitri lewat telepon kantorku dan dia menyahutnya. Ternyata Mbak Fitri juga sedang senggang. Lalu kami makan siang berdua.
“Wah kebetulan mas, saya juga sedang nggak ada kerjaan. Maklum selama dua hari terakhir ini selalu lembur jadi semua laporan sudah selesai. Mas sendiri habis ini mau kemana?” tanya Mbak Fitri diselang makan siang kami.
“Hmmm, nggak tahu yah. Tapi kalau Mbak Fitri memang udah nggak ada kerjaan gimana kalau kita keluar aja. Kebetulan tadi ada selebaran promo mengenai tempat karaoke yang baru. Tempatnya nggak begitu jauh dari sini dan katanya sih lumayan eksklusif gitu.” Ajakku. Dalam hati aku berharap agar dia setuju.
Mbak Fitri menghabiskan minumannya lalu beranjak berdiri. “Boleh juga tuh mas. Ayo! Lagi pula dari pada bengong di kantor.” Dia setuju dan dengan hati gembira penuh pengharapan aku melajukan mobilku kearah tempat tujuan kami.
Ternyata tempat karaoke itu benar-benar eksklusif, jadi wajar saja kalau promonya juga besar-besaran di perkantoran. Aku lalu memesan kamar untuk kami berdua selama dua jam. Pelayan disana lalu menyajikan menu minuman dan makanan ringan untuk teman karaoke kami. Setelah selesai administrasinya kami langsung menuju ke kamar yang di maksud.
“Wah, gede juga yah. Ini sih bisa untuk delapan sampai sepuluh orang mas.” Kata Mbak Fitri kepadaku. Memang sih kamarnya cukup besar dengan televisi LCD ukran 30 Inchi dan sound lengkap. Sofanya yang besar juga empuk bahkan pas buat tidur sekalipun….tidur? Ya, pikiran itu terbersit di otakku baru saja.
Selama lima belas menit pertama kami hanya berkaraoke berdua sambil sesekali menenggak minuman dalam botol. Aku tahu minuman itu mengandung alcohol sekitar 5% namun Mbak Fitri sepertinya tidak sadar dan menganggap kalau muniman itu hanyalah soft drink biasa.
Setelah hampir dua botol minuman itu habis kami tenggak, aku mulai melihat Mbak Fitri sudah mulai tipsy walaupun belum sepenuhnya mabuk. Bicaranya mulai sedikit ngelantur. Aku mempergunakannya untuk mendekatinya. Sengaja aku mendekatkan wajahku dengan wajahnya dan sesuai dugaanku tak butuh waktu lama untuk akhirnya kami berdua berciuman dengan mesra atau lebih tepatnya dengan panas.
Nafsu sudah sampai diujung kepala dan tak tertahankan lagi. Baik aku maupun Mbak Fitri masing-masing saling melucuti baju pasangannya. Sejak awal memang aku sudah mengunci pintu kamar ini sehingga aku sudah bebas kekhawatiran jika ada orang masuk.
Sekarang dihadapanku adalah Mbak Fitri yang sudah bugil total. Dia tidak mengenakan sehelai benangpun ditubuhnya begitu juga denganku. Kami lalu berpagutan mulut kembali. Lidah kami berdua saling melilit dan menjilat satu sama lain sementara kedua tangan kami bergerilya ke area rawan pasangan masing-masing. Tangan Mbak Fitri mulai mengocok penisku sementara tangan yang satunya mengelus dadaku yang bidang ini. Sementara itu dia membiarkan kedua payudaranya aku mainkan malah dengan tangannya dia mengarahkan sebelah tanganku yang satu lagi untuk menstimulsi vaginanya yang sangat basah itu.
Kembali Mbak Fitri merasakan kenikmatan permainan tanganku yang memang pernah membuatnya orgasme dua hari lalu. Sekarang tidak ada lagi bunyi orang bernyanyi yang ada hanya bunyi desahan kami berdua yang sedang berpacu dengan kenikmatan.
Aku lalu merebahkan tubuh Mbak Fitri ke sofa yang lebar itu lalu mengangkat kedua tungkai kakinya dan menyandarkan kedua tungkai kakinya tersebut ke pundakku.
Bersambung...
Baca Juga Cerita Dewasa Tukar Pasangan Di Kos : Part 1 - Part 2 - Part 3
0 comments:
Post a Comment